Tag Archives: wakil rakyat

masa kampanye


8 January 2009

10.59pm

Dihari2 ini apabila kita mau menengok melihat pemandangan selama dalam perjalanan, maka akan terlihat betapa maraknya poster bergambar wajah2 yang tidak aku kenal dengan logo partai, keterangan kota daerah pemilihan dan nomor urut sang wajah. Aku sebagai orang yang awam dalam dunia politik, sama sekali tidak merasakan jangkauan kampanye para wajah yang seharusnya mewakili daerah dimana aku tinggal. Hingga hari ini yang katanya tinggal hitungan puluhan hari lagi adalah tanggal coblosan, hlaaah mau milih siapa yaa ??

Aku dengar –gosipkah?- untuk satu calon wakil rakyat, biaya yang dibutuhkan mencapai hitungan M! Sudah jelas dan pasti tidak semua calon wakil rakyat yang mengikuti perebutan kursi itu akan terpilih menjadi wakil rakyat. Dan kemudian, sia2lah uang yang sudah dikeluarkan berjumlah M tersebut yang setahuku pada umumnya adalah digunakan untuk cetak mencetak poster, kaos, stiker atau bingkisan2 kecil yang dibagikan gratis pada warga masyarakat sasaran daerah pemilihannya. Adakah jaminan bahwa sesudah berhasil memenangkan pemilihan, yang artinya adalah berhasil menjadi wakil rakyat, para beliau itu akan mendengarkan dan memperjuangkan suara rakyat dari daerah yang diwakilinya? Ataukah akan memperhitungkan biaya yang sudah dikeluarkannya pada saat kampanye dan akan mencari akal untuk membebankan biaya tersebut pada warga masyarakat yang telah memilihnya? Bagaimana dengan warga yang pada saat pencoblosan tidak memilih dirinya tetapi ikut terbebani dengan biaya balik modal sang wakil rakyat?

Aku sebagai warga biasa, yang menjalani kehidupan jauh di luar hura2 politik, yang menjalani kehidupan se hari2 sebagai ibu dengan berkutat di sekitar rumah dan keluarga, yang ikut merasakan naiknya harga dan sulitnya mendapatkan lpg, naiknya tarif angkutan umum, naiknya harga bahan pokok makanan dan barang2 kebutuhan se hari2, mendengarkan keluhan rakyat yang berpenghasilan minim, melihat dengan mata kepala kurangnya asupan gizi anak2 yang bermukim di daerah perkampungan, tidak bisa memahami cara2 berkampanye yang dilakukan dengan menguras dana hingga mencapai hitungan M tersebut.

Apakah cara berkampanye seperti itu sesuai dengan keadaan bangsa dan Negara kita ini? Bukankah cara berkampanye seperti itu lebih sesuai untuk Negara kaya yang rakyatnya sudah tercukupi kebutuhan sandang, pangan dan papannya?